Jalur busway telah 'merampas' hak publik yang membayar pajak. Akibat pembangunan jalur busway, jalur arteri jadi berantakan. Tiga jalur tiba-tiba mendadak jadi dua jalur yang bukan saja jadi menimbulkan kemacetan kerena bottleneck tapi juga menjadi rawan kecelakaan karena manuver yang tajam. Entah sudah berapa banyak kecelakaan terjadi di jalur busway bahkan semenjak sebelum jalur tersebut difungsikan.
Lebih jauh, penggunaannya tidak efisien. Jalur sudah lama ada, namun busnya gak muncul-muncul lebih dari 2 tahun (contoh koridor 9 PGC - Pluit ataupun Pinang Ranti - Pluit). Sekarang sudah ada busnya tetapi jumlahnya sangat tidak mencukupi, sehingga penumpang di dalam bus berdesakan laksana ikan sarden'. Jalurnya pun menjadi mubazir karena hanya sekali-sekali dilalui busnya. Sementara di arteri kendaraan berdesak-desakkan. Akibatnya para pengemudi sepeda motor banyak yang menggunakan jalur busway, kucing-kucingan dengan petugas, masuk dan keluar jalur busway menembus pemisah jalur di berbagai tempat, yang sebenarnya berbahaya baik bagi pengemudi motor itu sendiri dan juga mobil yang dipotongnya. Ini merupakan pemandangan setiap pagi.
Parahnya lagi, Dishub pemda DKI dengan sangat 'bijaksana' mengeluarkan peraturan baru yaitu menghapus trayek bus reguler yang tumpang tindih dengan busway. Sok-sokan, emangnya buswaynya sudah memadai? Kapasitas angkutnya saja jauh dari cukup. Apalagi mau bicara soal kenyamanannya.
Dulu, idenya sih dengan adanya busway diharapkan orang-orang berdasi yang bermobil mau beralih ke busway. Alih-alih orang berdasi, wong ndeso lan berdosa seperti saya pun jadi males naik busway. Saya pernah coba naik busway lho, ternyata sangat tidak nyaman. Antrinya lama, dorong-dorongan, sesudah berada di dalam bus... dempet-dempetan seperti bandeng cue'. Ada saja setiap harinya penumpang yang protes kepada awak busway terutama pada jam pulang kantor karena sudah antri berjam-jam di sebuah shelter, namun saat busnya datang tidak bisa ikut naik karena jumlah penumpang yang naik dibatasi oleh awak bus. Namun sang awak dengan enteng menjawab, "telpon saja ke nomor pengaduan, jangan protes ke saya". Betul juga!
Namun demikian ada juga sih yang senang naik busway, yaitu mereka yang ingin cari 'kesempatan' dalam kesempitan.
Lebih jauh, penggunaannya tidak efisien. Jalur sudah lama ada, namun busnya gak muncul-muncul lebih dari 2 tahun (contoh koridor 9 PGC - Pluit ataupun Pinang Ranti - Pluit). Sekarang sudah ada busnya tetapi jumlahnya sangat tidak mencukupi, sehingga penumpang di dalam bus berdesakan laksana ikan sarden'. Jalurnya pun menjadi mubazir karena hanya sekali-sekali dilalui busnya. Sementara di arteri kendaraan berdesak-desakkan. Akibatnya para pengemudi sepeda motor banyak yang menggunakan jalur busway, kucing-kucingan dengan petugas, masuk dan keluar jalur busway menembus pemisah jalur di berbagai tempat, yang sebenarnya berbahaya baik bagi pengemudi motor itu sendiri dan juga mobil yang dipotongnya. Ini merupakan pemandangan setiap pagi.
Parahnya lagi, Dishub pemda DKI dengan sangat 'bijaksana' mengeluarkan peraturan baru yaitu menghapus trayek bus reguler yang tumpang tindih dengan busway. Sok-sokan, emangnya buswaynya sudah memadai? Kapasitas angkutnya saja jauh dari cukup. Apalagi mau bicara soal kenyamanannya.
Dulu, idenya sih dengan adanya busway diharapkan orang-orang berdasi yang bermobil mau beralih ke busway. Alih-alih orang berdasi, wong ndeso lan berdosa seperti saya pun jadi males naik busway. Saya pernah coba naik busway lho, ternyata sangat tidak nyaman. Antrinya lama, dorong-dorongan, sesudah berada di dalam bus... dempet-dempetan seperti bandeng cue'. Ada saja setiap harinya penumpang yang protes kepada awak busway terutama pada jam pulang kantor karena sudah antri berjam-jam di sebuah shelter, namun saat busnya datang tidak bisa ikut naik karena jumlah penumpang yang naik dibatasi oleh awak bus. Namun sang awak dengan enteng menjawab, "telpon saja ke nomor pengaduan, jangan protes ke saya". Betul juga!
Namun demikian ada juga sih yang senang naik busway, yaitu mereka yang ingin cari 'kesempatan' dalam kesempitan.
No comments:
Post a Comment