Sunday, May 8, 2011

Hal berbuat dosa - Hawa nafsu dan Penderitaan

Saudara-saudariku,
baiklah sekarang kita belajar untuk menelaah hal apakah yang menyebabkan orang cenderung untuk jatuh ke dalam perbuatan dosa?

Aku membaginya ke dalam dua golongan: orang kaya dan orang miskin.
(catatan: kaya dan miskin di sini dalam arti materi, sama seperti apa yang dimengerti oleh orang banyak ketika setiap kali kedua kata tersebut diucapkan).

Bagi mereka yang sudah berkecukupan materi: apapun kebutuhan fisik hidup yang diperlukan dapat dipenuhi dari penghasilannya. Kalau mereka masih cenderung untuk jatuh ke dalam perbuatan dosa, tidak lain dikarenakan oleh sebab hawa nafsunya. Baik nafsu mendapatkan kekuasaan, kedudukkan, uang, maupun nafsu syahwatnya. Adalah sifat dasar (negatif) manusia yang tidak pernah merasa puas.

Bagi mereka yang masih berkekurangan materi: penghasilannya tidak mencukupi bahkan sekalipun sudah dihemat-hemat sedemikian rupa. Mereka cenderung jatuh ke dalam perbuatan dosa disebabkan oleh karena tidak tahan penderitaan. Mereka lebih memilih mencuri daripada kelaparan. Mereka lebih memilih korupsi u/ dapat "hidup lebih layak" drpd hidup sederhana atau mungkin sangat sederhana.

Oleh sebab itu pada waktu khotbah di bukit yang terkenal itu, Yesus berkata:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga"
"Berbahagialah orang yang berdukacita (menderita), karena mereka akan dihibur"
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi"
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan"
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan"
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah"
"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah"
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga"
"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di Sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Ipin & Upin

Di salah satu minggu dalam masa pra-Paskah yang lalu dalam kotbahnya Romo bercerita tentang dua sahabat yang bernama Ipin & Upin. Si Ipin punya kebiasaan berkata "itu baik" terhadap hal-hal yang agak mengejutkan. Suatu ketika kedua sahabat itu pergi berburu. Disaat mereka berburu timbul kecelakaan yang menyebabkan jari tangan Upin buntung. Dan ini disebabkan oleh kesalahan si Ipin.

Sementara Upin sangat kesakitan, Ipin (karena kebiasaannya) secara spontan malah berkata "itu baik". Perkataan Ipin ini yang biasanya tidak dianggap terlalu serius oleh si Upin, kali ini dianggap tidak bersahabat dan sangat mengecewakan. Lha wong sahabatnya sudah kehilangan jari tangannya malah masih dikatakan "itu baik". Upin tidak terima, dan melaporkan peristiwa tersebut kepada polisi dengan tuduhan kelalaian yang menyebabkan orang lain cacat. Pendek cerita, akhirnya Ipin masuk penjara karena kelalaiannya itu.

Sementara Ipin di penjara, Upin bergabung dengan kelompok relawan yang melakukan ekspedisi di Afrika. Singkat cerita, ia tertangkap oleh kelompok suku asli di pedalaman Afrika yang punya tradisi mempersembahkan nyawa seseorang pada saat upacara adat mereka kepada allah mereka. Karena Upin mejadi tahanan mereka, maka Upin yang "terpilih" untuk dipersembahkan. Ketika mereka hendak memulai upacara "penyembelihan" mereka menemukan Upin ada cacatnya (yaitu jari tangannya sudah tidak komplit lagi) dan hal ini merupakan pantangan bagi suku tersebut untuk mempersembahkan sesuatu yang cacat kepada allah mereka. Maka Upin tidak jadi "disembelih" dan akhirnya dilepaskan.

Kembali ke Indonesia Upin teringat akan Ipin yang telah dipenjarakannya. Upin menemui Ipin di penjara dan menyatakan penyesalannya karena sebetulnya Ipinlah yang telah menyelamatkannya dari "sembelihan" suku di pedalaman Afrika. Mendengar pernyataan Upin, lagi-lagi secara spontan Ipin berkata "itu baik". "Untung aku di penjara, jadi aku tidak ikut kamu ke Afrika. Coba kalau aku tidak di penjara, akulah yang akan disembelih di sana"

Saudara-saudaraku, dari cerita di atas jelaslah bahwa apa yang direncanakan oleh Allah seringkali berbeda dengan "logic thinking" kita dan seringkali dimulai dengan hal-hal yang bagi kita manusia tidak menyenangkan alias suatu penderitaan tetapi yang akan berakhir dengan kebahagiaan. Namun sayangnya seringkali "akal sehat" kita tidak dapat menerimanya dan kita tidak tahan penderitaan yang "membutakan" mata kita terhadap sesuatu yang baik yang sedang direncanakan oleh Allah untuk kita.

Marilah kita selalu belajar untuk tetap tersenyum disaat kita mengalami penderitaan karena penderitaan itu (apabila kita sanggup menjalaninya dengan baik) akan membawa kebahagiaan. Dan sebaliknya hendaklah kita tidak tertawa terlalu lebar disaat kita menikmati kebahagiaan. Bahkan berilah unsur kesedihan disaat kita "menyelami" kenikmatan duniawi karena seringkali kenikmatan tersebut malah berujung kepada malapetaka.

Bahwa sesuatu yang kelihatannya baik belum tentu baik adanya. Dan sebaliknya sesuatu yang kelihatannya buruk belum tentu buruk adanya. Baiklah kita untuk selalu dapat mengambil hikmah positif dari setiap apa yang kita alami. Di dalam suatu kejadian yang dianggap buruk selalu ada hal positif yang dapat diambil. Demikian sebaliknya di dalam suatu kejadian yang dianggap baik selalu saja ada hal buruknya yang harus diwaspadai.

Itulah sebabnya mengapa Yesus mengajarkan kepada kita:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"
bahkan kasihilah musuhmu, berdoalah untuk keselamatannya.
"Janganlah menuntut pembalasan, sebab pembalasan itu adalah hak Tuhan"

Salam Damai Sejahtera dalam Yesus Kristus.